Kenapa Orang Sunda dan Jawa Beda Bahasa Meski Tinggal di Pulau yang Sama?

jawa sunda

Satu Pulau Jawa, Tapi Kenapa Orang Sunda dan Jawa Beda Bahasa? Tua Mana? Dalam survei kependudukan Badan Pusat Statistik tahun 2010 jumlah penduduk Jawa sekitar 95,2 juta jiwa Sedangkan untuk orang Sunda ada 36,7 juta jiwa Mereka berdua tinggal di pulau yang sama, yaitu pulau jawa tapi mengapa bahasa mereka berbeda, mengapa bahasa Jawa dan Sunda bisa berbeda? Dan siapa sebenarnya yang lebih tua dari Jawa dan Sunda? Ini adalah poin penting untuk disorot Jadi silahkan baca artikel ini sampai akhir agar anda tidak mudah salah paham.

Dahulu kala, dulu sekali sebelum kakekmu dan kakekku lahir Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan pernah menjadi satu masih gandeng, terhubung dan masih berwujud benua yang disebut Sundalandia Dan di bagian timur Sundaland, ada banyak pulau yang berdekatan yang disebut Little Sunda. Saya tidak mengada-ada, jika Anda tidak percaya, silahkan riset sendiri.

Menurut Profesor Emeritus Geologi ITB Prof. dr. Koesoemadinata istilah Sunda dalam ilmu kebumian tidak ada kaitannya dengan nama etnis atau istilah politik. Bahkan, istilah Sunda dalam ilmu kebumian dikenal secara internasional. Istilah “Sunda Besar” dan “Sunda Kecil” juga masih digunakan dalam literatur geologi-geografis hingga ssekarang Keberadaan Sunda Besar dan Sunda Kecil ada sekitar 110.000 hingga 12.000 tahun yang lalu.

Pulau ini terletak di antara dua lempeng, lempeng utara disebut Eurasia, sedangkan bagian selatan merupakan bagian dari lempeng Indo-Australia. Wilayah yang saya jelaskan itu kini menjadi bagian dari wilayah banyak negara yang masuk wilayah Indonesia, selain Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, Filipina dan Papua Nugini.

Timor Timur juga Dan Sekadar informasi, kedua lempeng geologi ini masih sering bertabrakan. Jadi jangan heran kalau dulu sampai sekarang, daerah yang tidak saya sebutkan itu masih rawan gempa Gempa terbesar yang pernah terjadi 11.600 tahun yang lalu pada periode Dryas Muda. Tabrakan Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia menyebabkan gempa besar dan tsunami besar Saat itu es di seluruh dunia juga mulai mencair dan hal ini menyebabkan benua Sundaland mengalami perubahan bentuk banyak daerah yang dulunya daratan menjadi laut karena tenggelam

Setelah banjir dan gempa bumi pulih Mulai terlihat bentuk-bentuk pulau seperti yang kita kenal sekarang. Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Daerah yang berpenduduk itu sekarang disebut Nusantara.

Atau Indonesia Orang-orang yang selamat dari tsunami atau boleh anda sebut disebut umat Nabi Nuh yang selamat karena naik kapal, mulai berpencar dan mencari tempat yang cocok untuk memulai hidup baru yang lebih baik termasuk pergi ke pulau-pulau di nusantara yang mempunyai tanah subur dan hasil laut melimpah dibandingkan dengan daerah lain.

Proses migrasi ini memakan waktu lama dan masyarakat disana mengalami adaptasi warna kulit dan bentuk fisik Kejadian ini tercatat dalam banyak teori migrasi Menurut Wilhelm Solheim, seorang antropolog Amerika orang-orang yang tinggal di sana disebut nusantao nusa adalah sebuah pulau tao adalah manusia Orang-orang itu tinggal di berbagai daerah dan pulau Ada yang tinggal di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Maluku, Papua dan lain-lain Batas batas negara dan provinsi saat itu masih belum ada.

Karena tinggal di daerah yang berbeda, maka kesepakatan dan kebiasaan di setiap daerah pun berbeda termasuk masalah bahasa. Semakin jauh dari lokasinya, maka perbedaan antara keduanya semakin jauh. Misalnya, mereka yang tinggal di Aceh dan mereka yang tinggal di Papua kesenjangan bahasa mereka lebih jauh dibandingkan dari Jawa dan Bali.

Nah, bahasa yang digunakan oleh orang Nusantao di Indonesia itu mirip dan masih banyak persamaannya tidak hanya di Indonesia tapi juga di Champa, Vietnam, dan Kamboja. Bahasanya mirip. Kelompok bahasa ini dikenal sebagai bahasa Austronesia. Jadi saya tegaskan kembali Bahasa itu sebenarnya soal kesepakatan dan kebiasaan, Semakin sering kumpul maka bahasanya mirip.

Semakin jarang berinteraksi, semakin jauh dan semakin dipisahkan oleh jarak, komunitas satu dan lainnya, variasi pengucapan bisa jadi berbeda. Misalnya, bahasa Jawa di setiap kabupaten di pulau Jawa pasti memiliki ciri khas tersendiri Ini pernah saya bahas di artikel lainnya Silahkan dilihat nanti setelah artikel ini Tetapi perbedaan bahasa hanya pada abad setelah Masehi karena jumlah orang yang hidup dan jumlah kelompok meningkat.

Setelah masehi, banyak kelompok yang muncul dan memiliki keturunan dari kelompok mereka sendiri. Di masa lalu, ketika komunitas masyarakat belum banyak, bahasa mereka sama. Jika bahasa Jawa dan Bugis berbeda itu masih wajar, karena ereka tinggal di pulau berbeda tetapi suku Jawa dan Sunda itu kan berada di pulau yang sama mengapa bahasa mereka berbeda? kapan mulai berbeda? Silahkan simak terus Bab 2.

Perpisahan Ibaratnya begini, Anda dan saya berbicara dalam bahasa yang sama Kemudian anda dan saya berpisah dalam waktu yang lama kita tidak pernah bertemu sama sekali karena mencari sumber kehidupan sampai kita punya cucu dan generasi yang panajang. Saya tinggal di pesisir, Anda tinggal di pegunungan. Nah, selama ratusan tahun ketika keturunan saya bertemu dengan keturunan Anda konvensi penamaan benda, properti, atau peristiwa akan berubah.

Tidak akan sama lagi Kira-kira inilah yang terjadi antara orang Jawa dan orang Sunda. Orang Jawa banyak bepergian di pesisir, suka bersosialisasi dan merantau Sedangkan orang Sunda tinggal di pegunungan subur di Jawa Barat, menikmati kehidupan yang damai dan hidup dengan limpahan hasil bumi yang melimpah.

Orang jawa dan sunda pada awalnya menggunakan bahasa malayic hesion Prosentase persamaan bahasa jawa dan malayic hesion = 36,7% Bahasa orang jawa dan sunda mulai terpisah dari bahasa malayic hesion yaitu salah satu sub rumpun dari bahasa austronesia kurang lebih dimulai dari 2.246 tahun yang lalu.

Menurut perhitungan ilmuwan yosef glinka bahasa jawa dan sunda itu sebenarnya masih ada dalam satu bahasa yaitu tergolong bahasa orang jawa Prosentase persamaan bahasa Sunda dan Jawa adalah 38% Orang jawa dan sunda mulai berpisah kurang lebih 2.168 tahun yang lalu atau 146 sebelum masehi.

Ini adah tahun permulaan berpisahnya peradaban orang jawa dan sunda yang berimbas pada perbedaan bahasa Ini terjadi sebelum peradaban Jawa mengenal bahasa Sansekerta dan mengenal sistem kerajaan.

Jadi jangan dikira sebelum kerajaan, masyarakat di Jawa tidak memiliki peradaban. Sudah ada peradaban, tetapi masih ada kelompok kecil dan suku yang menjadi cikal bakal kerajaan yang kita kenal kelak.

Migrasi dan akulturasi budaya dari India pada periode berikutnya akan memberikan warna baru bagi peradaban masyarakat di pulau Jawa, khususnya dalam budaya, tulisan, bahasa, agama, dan sistem pemerintahan Pada awal Masehi, masyarakat yang tinggal di Nusantara mulai memakai sistem monarki atau kerajaan.

Ketika masyarakat di pulau Jawa mengenal sistem kenegaraan, kesenjangan bahasa semakin melebar, karena kesepakatan untuk merujuk pada barang, sifat dan hal-hal yang terjadi diatur oleh sistem struktural. Bab 3 : Era Kerajaan Jabar Peradaban yang menganut sistem kerajaan awal di pulau Jawa sebenarnya tidak dimulai dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, melainkan dari Jawa Barat.

Tapi saya perlu menjelaskannya lagi, agar cara pandang Anda lebih luas dulu tidak ada perbatasan provinsi. Jadi sebenarnya semua orang yang sekarang disebut orang Sunda dan orang Jawa adalah orang Jawa semua orang yang tinggal di pulau Jawa Mau betawi atau suku lainnya, ya semuanya tetap orang jawa Pada abad ke-4 atau setelah berdirinya kerajaan Kutai di Kalimantan di daerah yang sekarang disebut Bogor hingga daerah Banten dan sekitarnya berdirilah kerajaan Tarumanegara.

Pusat ibukotanya berada di Jayasinghapura Sejarah Tarumanegara ini perlu saya ulas karena nanti terkait dengan nama resmi Sunda. Kerajaan Tarumanegara mengalami masa kejayaan kurang lebih sampai 358 tahun. Sumber yang saya gunakan adalah dari buku Takhta Raja-raja Jawa, intrik dalm kekuasaan karangan Dwi Lestari.

Selama waktu itu, Tarumanagara berganti raja hingga sebelas kali. Nama raja dan masa pemerintahannya seperti yang saya sebutkan ini Jayasingawarman (358-382 Masehi) Dharmayawarman (382-395 Masehi) Purnawarman (395-434 Masehi) Wisnuwarman (434-455 Masehi) Candrawarman (515-535 Masehi) Suryawarman (535-561 Masehi) Kertawarman (561-628 Masehi) Sudhawarman (628-639 Masehi) Haruwangsawarman (639-640 Masehi) Nagajayawarman (640-666 Masehi) dan Linggawarman (666-669 Masehi).

Nah, jika anda memperhatikan nama raja-raja Tarumanegara tersebut mereka semua memiliki nama warman di belakangnya. Sama persis dengan Nama Raja Kutai Purba di Kalimantan yaitu Mulawarman yang prasastinya ada di museum nasional jakarta Mulawarman adalah putra Aswawarman, dan Aswawarman adalah putra Kudunga, raja pertama Kutai. Nama warman menunjukkan bahwa pada saat itu pengaruh India sangat jelas terlihat.

Jadi jika ada yang ngotot bahwa India tidak punya pengaruh terhadap nusantara atau nusantara yang mempernaruhi India Inilah jawabannya Warman berasal dari bahasa Sansekerta yang digunakan untuk nama-nama orang India selatan.

Kudunga menamakan putranya menggunakan nama warman untuk tujuan melanjutkan ksatria, kasta ksatria Dan kasta itu adalah ciri khas India Nama keluarga ini kemudian dibawa ke Jawa dan digunakan sebagai nama raja-raja Tarumanegara hingga Linggawarman Setelah raja ke-11 bernama Linggawarman meninggal, tahta kerajaan diserahkan kepada menantunya yang bernama Tarusbawa, karena Linggawarman tidak memiliki anak laki-laki.

Tarusbawa sudah tidak menggunakan nama warman di belakang namanya Dia menjadi raja dengan gelar Sri Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manunggala Jaya Sundasembawa. Nah, pada masa kepemimpinan Tarusbawa, kerajaan Tarumanegara mengalami kemunduran.

Untuk mengatasi hal tersebut, Tarusbawa mencoba mengganti nama kerajaan. Nama yang dipilih adalah Sunda. Kerajaan Sunda 669 – 1579 Masehi Tarumanegara berubah nama menjadi menjadi kerajaan Sunda Tarusbawa berharap perubahan nama ini bisa menghilangkan kesialan. Namun yang terjadi justru sebaliknya, pergantian nama ini menciptakan momentum bagi pihak-pihak yang tidak menyukainya untuk melakukan pemberontakan.

Wilayah di bawah kerajaan Sunda yang disebut daerah Galuh Meminta untuk berpisah dari Sunda. Nama pemimpinnya adalah Wretikandayun. Jumlah pendukung Wretikandayun cukup banyak, sehingga upaya melepaskan diri dari Kerajaan Sunda akhirnya berhasil. Tidak hanya lepas tapi juga menghasilkan kekuatan baru di wilayah Jawa Barat.

Kerajaan Galuh 670 – 1482 Masehi Jika kerajaan Sunda berpusat di Bogor, kerajaan Galuh ini mempunyai pusat pemerintahan di Ciamis. Wretikandayun menjadi Raja pertama Kerajaan Galuh Wretikandayun memiliki dua putra, yang tertua bernama Sempakwaja dan yang lebih muda bernama Mandiminyak. Tidak usah tertawa, namanya memang seperti itu Setelah kematian Wretikandayun, penggantinya bukanlah Sempakwaja melainkan Mandiminyak karena Sempakwaja mengalami cacat.

Meski cacat, ia mampu memiliki seorang anak laki-laki, namanya Purbasora. Namun istri sempakwaja tampaknya dipaksa untuk menikah dengannya dan pada akhirnya dia memiliki hubungan gelap dengan saudara iparnya yang menjadi raja, Mandiminyak adik laki laki sempakwaja. Hubungan gelap ini menghasilkan seorang anak bernama Brantasena.

Jadi Brantasena dan Purbasora adalah saudara satu Ibu Brantasena atau sana keudian menjadi Raja di Kerajaan Galuh meneruskan tahta ayahnya, Mandiminyak Ketika Brantasena menjadi Raja, Prabasora tidak setuju dan memulai pemberontakan. Alasannya adalah karena dia adalah anak dari Sempakwaja sang putra mahota dan dia sehat sehingga dia merasa memiliki hak lebih dari Brantasena.

Perang antara dua bersaudara ini tak tertahankan, dan akhirnya Prabasora berhasil merebut tahta Kerajaan Galuh dari Brantasena Brantasena dan keluarganya akhirnya keluar dari istana kerajaan Galuh dan mengungsi ke daerah Pakuan. Daerah Pakuan ini merupakan daerah kerajaan Sunda yang masih berdiri. Meskipun Kerajaan Galuh pernah memiliki sejarah kelam dengan Krajaan Sunda karena pernah memberontak, namun hubungan antara orang Sunda dan Galuh menjadi baik ketika Galuh dipimpin oleh Bransasena.

Maka ketika Tarusbawa, raja Sunda mengetahui bahwa Brantasena adalah buronan kerajaan Galuh, ia bermaksud membantu dan memberinya suaka politik. Oleh karena itu, untuk mempererat tali silaturahmi, Brantasena dan Tarusbawa menikahkan anak mereka. Putra Brantasena yang bernama Sanjaya menikah dengan putri Tarusbawa, Tejakencana.

Ketika Tarusbawa meninggal, tahtanya digantikan oleh menantunya Raden Sanjaya. Sanjaya akhirnya menjadi raja Kerajaan Galuh. Sampai di sini, jika ditanya apa agama Sanjaya dan apa bahasanya? Agamanya yaitu Hindu, buktinya ditemukan di candi yang dibangun di Jawa Tengah dan bahasanya adalah bahasa Sansekerta candi Arjuna Setelah mendapatkan kekuasaan di Kerajaan Sunda, Sanjaya mulai muncul keinginannya untuk memerintah Kerajaan Galuh lagi karena itu adalah rumahnya ketika dia masih kecil.

Sanjaya menyerang Galuh dan menang. Oleh karena itu, tahta kembali kepada keturunan Brantasena yang bernama Sanjaya pada sekitar tahun 723 M. Kembalinya tahta kerajaan galuh membuat Sanjaya memimpin dua kerajaan. Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh Itu tidak digabung tetapi masih memiliki nama sendiri. Ya, mirip dengan Cirebon dan Banten di era Sunan Gunung Jati.

Maka untuk meringankan bebannya, Sanjaya menyerahkan kerajaan Sunda kepada putranya Pada saat yang sama, Sanjaya juga mewarisi tahta kerajaan Kalingga, karena ia adalah putra maharani, putri kerajaan Kalingga yang pusatnya berada di Jepara, Jawa Tengah. Kalingga membutuhkan pemimpin baru yang kuat dan Sanjaya adalah orang yang tepat.

Itu sebabnya Sanjaya menjadi sangat kuat, wilayah kekuasaannya sangat besar. Tiga. Sunda, Galuh dan Kalingga Namun pada akhirnya, Sanjaya memilih untuk mewariskan tahta ketiga kerajaan tersebut kepada putra-putranyanya dan ia memilih bertapa dan pergi ke Jawa Tengah. BAB 4 Era Kerajaan Jateng Di daerah ini, Sanjaya mendirikan kerajaan baru yang disebut Medang Kamulan atau juga dikenal sebagai Mataram Kuno atau Mataram Hindu.

jadi beda dengan mataram Islam ya Fakta ini tertulis dalam prasasti mantyasih tahun 907. Dalam prasasti ini disebutkan bahwa raja pertama kerajaan Medang atau Mataram adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Namun lokasi awalnya masih menjadi misteri karena dalam prasasti mantyasih hanya tertulis Ri Medang Ri Poh pitu Dimanakah poh pitu? Penelitian terbaru balai arkeologi Yogyakarta menunjukkan bahwa kerajaan Medang tempat Raden Sanjaya pertama kali tinggal berada di daerah Grobogan.

Mungkin anda lebih akrab dengan nama Purwodadi, Purwodadi itu di Grobogan Tepatnya berada di desa Banjarejo, kecamatan gabus Grobogan, Jawa Tengah Ada banyak peninggalan kuno peninggalan Medang yang ditemukan di sini yang sekarang dijadikan museum bukti bukti yang ada seperti ada penemuan seratus kilogram koin kemudian ada banyak temuan emas terus ada banyak gerabah, itu kalau menurut penelitian dari balai arkeologi yogyakarta Bahwa Medang itu pemukimannya sangat maju dan padat karena sudah ada emas, sudah ada tembikar, kemudian sudah ada perdagangan dengan cina ini bukti bahw masyarakat medang pada zaman dulu sudah maju Kisah perpindahan Sanjaya dari Galuh ke Jawa Tengah juga dikenang dalam legenda masyarakat Jawa yaitu kisah Ajisaka dan Dewata Cengkar. Tapi menurut saya, ini adalah cerita kiasan, dan menurut saya ini adalah produk politik dinasti Syailendra, saingan dinasti Sanjaya di kerajaan Medang nantinya.

Ada unsur politiknya Dari sini dapat dipahami bahwa pada abad ini, abad ketika Raden Sanjaya mendirikan kerajaan Medang atau mataram bahasa Sunda dan jawa masih serupa yaitu bahasa Sansekerta. Variasi dan modifikasi bahasa muncul ketika kerajaan Galuh dan kerajaan Mataram berkembang secara terpisah. Keturunan Sanjaya di Jawa Tengah mengembangkan bahasa Sansekerta menjadi bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi dan keturunan Sanjaya di Jawa Barat, mengembangkan bahasa Sanskerta menjadi bahasa Sunda Prosesnya pelan pelan

Perkembangan dan gap perbedaan bahasa ini semakin lebar sejak kerajaan memiliki arti yang berbeda untuk menamai benda, sifat dan peristiwa. Salah satunya adalah di jabatan. Di Mataram dikenal istilah Sri, Dyah, Sang, Si dan Pu Semakin kesini dominasi kerajaan peninggalan Sanjaya yang ada di Jawa Tengah tampak lebih dominan dari Jawa Barat.

Walaupun asal usulnya dari Jawa Barat. Keturunan Linggawarman Tarumanegara di Sumatera, juga berhasil mendirikan Sriwijaya dan mengembangkannya menjadi sebuah kerajaan besar. Itu asalanya juga dari Jawa Barat, dari tarumanegara Dan dari Tarumanegara inilah lahir trah raja baru selain sanjaya, yaitu dinasti syailendra.

Di Jawa Tengah, trah Sanjaya telah membangun banyak candi bergaya Hindu yang tersebar di daerah Kedu dan Dieng. Tahta Mataram sempat berganti kekuasaan dari Dinasti Sanjaya menjadi Dinasti Syailendra yang membangun borobudur dan beragama buddha kemudian kembali lagi ke Dinasti Sanjaya yang diwakili oleh Rakai Pikatan yang membangun Prambanan Rakai Pikatan sama dengan Sanjaya, dia beragama Hindu Siwa hingga akhirnya pindah ke Jawa Timur pada zaman Mpu Sindok dan menciptakan dinasti baru yang disebut Dinasti Isyana

Bukan Isyana Sarasvati JUga bukan dinasti Raisa Namun, Dinasti Isyana BAB 5 Budaya dan Bahasa Kembali ke jawa dan sunda lagi. Menurut sejarawan Bernard Vlekke, peninggalan kerajaan Sanjaya di Jawa Tengah tampaknya lebih dominan daripada di Jawa Barat. Saat itu banyak kerajaan besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi tidak begitu di Sunda, disana tidak banyak perubahan Hanya Kerajaan Pajajaran yang memiliki nama dan dianggap sebagai Kerajaan Sunda tertua di Jawa Barat.

Jadi, pada umumnya, Jawa didominasi oleh kerajaan/kesultanan besar, sedangkan Sunda didominasi oleh kerajaan kecil. Situasi tersebut juga memberikan gambaran yang berbeda tentang karakteristik masyarakat Jawa dan Sunda. Itu sebabnya bahasa Jawa berbeda dengan bahasa Sunda, meskipun mereka tinggal di pulau yang sama.

Sebab, terdapat perbedaan sejarah yang jelas dalam perkembangan masyarakat dan budaya keduanya dimana perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan budaya dan bahasa antara Jawa dan Sunda. Jadi, meski satu pulau, bukan berarti bahasanya sama. Karena ada perbedaan dalam beberapa hal karena perkembangan masyarakat mereka.

Misalnya, bahasa Jawa saya dengan bahasa Jawa Anda. Jika anda perhatikan, past akan ada yang berbeda Tapi bukan itu masalahnya, entah itu Jawa darimana, entah itu suku apa, yang penting kita harus bersyukur bisa hidup di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Saya bangga menjadi orang Jawa karena itulah takdir saya yang harus saya terima dengan ikhlas.

Saya tidak kecil hati sama sekali karena sesama manusia itu setara. tapi rasa bangga ini tidak boleh membuat saya benci dan tidak rukun dengan suku bangsa lain Bangga terhadap identtas itu penting, namun menjadi orang yang bermanfaat itu lebih penting Terimakasih sudah menyimak hingga akhir Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

You May Also Like

Editor: Dalbo Kentjono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *